DIALOG
BERSAMA PETANI
“Meningkatkan Hasil Pertanian Dengan Pola Tanam Jenis Sequential Planting di Desa Belor, Pacet, Mojokerto”
“Meningkatkan Hasil Pertanian Dengan Pola Tanam Jenis Sequential Planting di Desa Belor, Pacet, Mojokerto”
Minggu lalu saya
mendapat tugas untuk melakukan wawancara dengan salah satu petani di Indonesia,
dan saya mewawancarai petani yang berasal dari Desa Belor, Kecamatan Pacet ,
Kabupaten Mojokerto, Beliau bernama Bapak Suparmi .
Tanaman yang bapak
Suparmi tanam adalah Padi Ketan Ireng dan Ketela, sejenis tanaman Polo wijo .Beliau menggunakan pola tanam Polikultur yang
masuk dalam jenis tanaman bergiliran (Sequential Planting),
tanaman bergilir itu sendiri merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih
yang dilakukan secara bergiliran, setelah tanaman yang satu panen kemudian baru
ditanam tanaman berikutnya, media tanam yang digunakan bapak Suparmi adalah
tanah.
Kemudahan yang
didapatkan oleh bapak Suparmi dengan menanam Padi ketan ireng karena air di wilayah
Desa Belor mencukupi untuk penanaman padi , sehingga dalam satu tahun bapak
Suparmi dapat melakukan panen selama 3 kali , begitu juga harga jual padi yang
sekarang membaik dan bisa memenuhi kebutuhan.
Hambatan yang dialami
bapak Suparmi ketika menanam padi berasal dari Hama yaitu Hama Wereng dan Tikus
, sehingga bapak suparmi setiap satu minggu sekali menyemprot tanaman dengan
obat yang beliau beli dari toko , begitu juga dengan hama tikus . beliau
menggunakan obat tikus lalu dicampur dengan ikan-ikanan setelah itu dimasukkan
kedalam lubang tikus .
Untuk keberlanjutan
pasca panen di Desa Belor tidak ada lanjutan pengelolahan kembali , jadi
setelah panen hasilnya langsung dijual ketengkulak. Karena rata-rata pembeli
berasal dari tengkulak dan bukan dari Pemerintah.
Bapak Suparmi berharap
kepada pemerintah Indonesia dimudahkan dalam mendapatkan obat obatan pertanian dan pupuk
pupuk yang berkualitas yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
meminimalisir hama tanaman, bagi para petani obat-obat dan pupuk
tanaman lancar mereka semua senang. Karena dulu dua tahun yang lalu
pernah kehabisan obat obat tanaman , yang akhirnya mempersulit para petani.
Mencari obatnya harus ke Kota karena stok di Desa habis, lalu membelinya harus
menggunakan KTP, tapi Allhamdulilah sekarang obat obat tanaman mudah didapat dan
harganya terjangkau .
Beliau juga berharap kepada
mahasiswa pertanian diharapkan bisa mebuat varietas cabai dan berambang
meningkat, karena di daerah Pacet, cabai dan berambang pertumbuhannya tidak
terlalu bagus, tidak subur dan buahnya sedikit. Jadi diharapkan para mahasiswa
pertanian sekarang harus cerdas dan memiki kemampuan dalam bidang pertanian,
supaya pertanian di Indonesia lebih baik.
Susah senang menjadi
petani adalah ketika panen harga jualnya memenuhi kebutuhan petani dan tidak
mengalami kerugian , harga jual yang mencukupi. Kerena di Derah Pacet rata rata
pembeli bukan dari Pemerintah , melainkan dari tengkulak. Saat ini harga
penjualan padi meninggkat menjadi Rp.400.000 – Rp.440.000 /Kwintal . dulu
pernah harga jual padi anjlok menjadi Rp.300.000/Kwintal, dan itu sangat
merugikan bagi petani apalagi kalau tanahnya sewa malah rugi besar. Allhamdulilah
sekarang harga penjualan padi bagus tapi untuk bahan pangan lainnya masih tidak
stabil haarga jualnya, seperti ketela,berambang dan cabai.
Begitulah
kurang lebih isi wawancara saya dengan Bapak Suparmi, beliau mengajarkan saya
banyak hal yang tidak saya ketahui tentang pertanian,bahkan dari tugas dialog
dengan petani ini saya bisa membuat/menemukan ide untuk PKM saya .
Narasumber
: Bapak Suparmi, Petani Padi di Desa
Belor,Pacet,Mojokerto.
Penulis : Rr. Khoirunnisa Asyahidah
(17025010170)
Komentar
Posting Komentar