Optimalisasi
Sistem Informasi Geografis (SIG) di Indonesia Dalam Bidang Pertanian
Hallo Apakabar ? Baik baik saja bukan ??
Kali ini saya mau membahas tentang
Optimalisasi Sistem Informasi Geografis (SIG) di Indonesia dalam Bidang
Pertanian, sebelumnya kalian sudah ada yang tau apa itu Sistem Informasi
Geografis (SIG) ? belum ada yang tau
ya?... oke mari kita bahas mulai dari awal.
Sistem Informasi
Geografis (SIG) atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan sistem
berbasis komputer yang biasanya digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan
menganalisa informasi geografis. Sebelum
adanya Sistem Informasi Geografis (SIG) ini, sejumlah informasi permukaan bumi
disajikan dalam peta yang dibuat secara manual. Hadirnya SIG dapat
mengolah komponen peta tersebut
dalam komputer, kemudian hasilnya berupa peta digital.
SIG
dapat menggabungkan berbagai jenis data pada satu titik tertentu yang ada di
bumi, menghubungkannya, menganalisanya, hingga memetakan hasilnya. Data yang
diolah oleh sistem ini adalah data spasial yakni data yang berorientasi pada
geografis. Selain itu juga merupakan lokasi yang mempunyai koordinat tertentu.(Septi,2015)
Sekarang kalian sudah tau
kan apa itu SIG, lalu pertanyaanya. Bagaimana peranan SIG di Indonesia saat
ini, terutama pada bidang pertanian apakah sudah optimal dan dibutuhkan di masa
sekarang yang katanya moderen.
Kehadiran
teknologi infomasi saat ini sudah sangat berkembang pesat, sehingga informasi mudah
untuk diakses baik melalui handphone, televisi, dan internet. Kemudahan akses
informasi mendorong manusia untuk mengembangkan salah satu teknologi informasi
yaitu GIS (Geografis Information System).
Pertanian dalam arti luas adalah sema kegiatan yang meliputi
bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan. Indonesia termasuk negara
agraris, artinya sebagian besar dari penduduk hidup di pertanian. Berdasarkan
jenis tanamannya pertanian dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pertanian tanaman pangan
Pertanian tanaman pangan adalah usaha pertanian yang berupa
bahan pangan. Tanaman pangan dibedakan menjadi tiga yaitu, jenis padi-padian,
jenis palawija (ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah dll) dan
jenis holtikultura (buah dan sayuran)
2. Pertanian tanaman perkebunan
Pertanian tanaman perkebunan adalah usaha pertanian yang
bertujuan memenuhi kebutuhan dan perdagangan besar. Tanaman perkebunan dapat
dibedakan menjadi tanaman perkebunan musiman (tebu,tembakau,dll) dan tanaman
perkebunan tahunan (kopi,karet, coklast,dll)
Jenis-jenis sawah meliputi:
a. Sawah
irigasi, yaitu sawah yang menggunakan perairan secara teratur.
b. Sawah
tadah hujan, aytiu sawah yang menggunakan perairan dengan air hujan.
c. Sawah
lebak, yaitu sawah yang diusahakan di bantaran sungai besar saat penghujan.
d. Sawah
bancah, yaitu sawah yang diusahakan di daerah pantai dekat muara sungai.
Sawah ini juga dinamakan sawah pasang
surut.
Berdasarkan lahannya pertanian
dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Bersawah
adalah usaha bercocok tanam yang dilakukan di sawah dengan jenis tanaman.
b. Berladang adalah usaha bercocok di
lahan kering, pada saat musim hujan dan dilakukan dengan cara berpindah-pindah.
c.
Bertegal, adalah usaha bercocok tanam di lahan kering dengan memanfaatkan air hujan.
Hasilnya jagung, kacang, ketela dll.
d. Berkebun, adalah usaha bercocok
tanam yang dilakukan di sekitar rumah (pekarangan).
Pengertian
informasi geografis adalah informasi mengenai tempat atau lokasi, dimana suatu
objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai objek dimana lokasi
geografis itu berada untuk dianalisa dalam pengambilan keputusan. Kebanyakan
untuk mengolah data yang berupa data GIS masih banyak yang menggunakan aplikasi
desktop atau hanya bisa dijalankan di satu komputer padahal dengan semakin
majunya perkambangan menuntut manusia untuk mengasilkan informasi yang lebih
mudah yaitu dengan cara mengembangkan GIS secara online (melalui media internet)
dan bisa di akses darimana saja.
Dengan
adanya Sistem Informasi Geografis perusahaan-perusahaan maupun dinas pemerintahan
dapat mengelola data lapangan secara lebih cepat dan terperinci dengan baik.
Salah satu dinas tersebut ialah Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan .
Dinas tersebut mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi di
bidang pertanian di kabupaten Kudus, jadi data pertanian baik lahan pertanian
maupun komoditas panen begitu banyak dilapangan, sehingga dinas tersebut sangat
membutuhkan Sistem Informasi geografis untuk pemetaan lahan pertanian dan komoditi
hasil panen di kabupaten Kudus. Selain pemetaan lahan pertanian dan komoditi
hasil panen, dinas tersebut juga mendata kelompok tani dan pemilik lahan pertanian
untuk penyaluran bantuan pemerintah. (Arief,2008)
Sistem
Informasi Geografis akhir akhir ini mulai dilirik untuk membantu mempermudah
bidang pertanian dalam mengumpulan data dan nantinya dijadikan peta untuk luas
lahan dan banyaknya hasil poduk pertanian yang didapatkan. Sehingga kita bisa
memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan karena lahan
pertanian yang semakin hari semakin berkurang dan hama yang tidak terkontrol.
Sampai saat ini estimasi
produksi padi dilaksanakan oleh beberapa instansi antara lain: Badan Urusan
Logistik (BULOG), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dirjen Bina Produksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian. BULOG memperkirakan produksi
padi menggunakan pendekatan ekonometrik. Parameter yang digunakan untuk menduga
antara lain data luas area panen, produktivitas, curah hujan dan harga.
Informasi disajikan per catur wulan.
BPS melakukan perkiraan
produksi padi berdasarkan data lapangan yang dihimpun dari mantri tani disetiap
kecamatan berdasarkan hasil ubinan secara acak terpilih. Data produksi
diperoleh dari parameter luas area panen dan produktivitas padi per hektar
(Maksum et al., 1998 dalam Wahyunto., 2006). Departemen pertanian memperkirakan
produksi padi dengan mempertimbangkan parameter luas area tanam/panen, jumlah
benih yang disebar petani, perhitungan produktivitas dengan memanfaatkan
struktur kelembagaan dibawahnya yaitu Mantri Tani dan Penyuluh Pertanian
Lapangan dan informasi luas baku sawah dari BPS. Oleh karena cara pendekatan,
kriteria penilaian dan metode yang digunakan berbeda maka informasi yang
diperoleh juga berbeda. Hal ini menyulitkan pengguna informasi dalam
pemanfaatannya.(Husein,2019)
Dalam era globalisasi
informasi untuk mendukung program ketahanan pangan, dituntut kecepatan dan
ketepatan informasi sumberdaya pertanian yang lebih kuantitatif. Untuk itu
diperlukan sarana pengumpul data dan informasi sistem produksi pertanian yang
lebih akurat dalam waktu yang secepat mungkin. Beberapa satelit penginderaan
jauh milik negara maju (seperti USA, Uni-Eropa dan Jepang), mengitari bumi dan
merekam datanya secara periodik dalam selang waktu tertentu. Parameter tingkat
kehijauan tanaman (vegetation index) yang diturunkan melalui analisis
citra satelit dapat digunakan untuk estimasi umur tanaman padi dan
produktivitasnya. Selanjutnya dengan menghitung luas areal tanaman yang
dimonitor pada citra satelit, dapat diestimasi produksi padi yang akan dipanen
di suatu wilayah. .(Husein,2015)
Rancang bangun Sistem Informasi Geografis Pemetaan
Lahan Pertanian dan Komoditi Hasil Panen Kabupaten Kudus telah berhasil
dilaksanakan, sistem ini masih dapat berkembang lagi untuk menjadi sistem yang
lebih baik dan kompleks. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut : Dalam penelitian ini, aplikasi dibangun dengan mengunakan website bisa
dikembangkan dan dibuat versi android agar lebih mudah diakses dan lebih mudah
dijalankan.
Penelitian ini menghasilkan aplikasi SIG sebaran tempat RISTI.
SIG sebaran tempat RISTI ini memberikan beberapa kemudahan, yaitu: 1. Dengan
menggunakan fasilitas search dapat mempermudah dan mempercepat untuk
mengetahui lokasi tempat RISTI dan informasinya. 2. Dengan menggunakan
fasilitas advance search mempermudah dalam mencari dan mengetahui data
RISTI yang ada. Fasilitas ini juga dapat mempermudah Koordinator RISTI dalam
memeriksa judul kajian RISTI yang relevan untuk disetujui dengan melihat data
RISTI yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Dilengkapi dengan fasilitas admin SIG
RISTI untuk mendata dan memperbaharui informasi RISTI di Jurusan Teknik
Informatika serta penambahan pengguna SIG RISTI
Aktifitas
RISTI termasuk ke dalam kategori penelitian RPL dimana mahasiswa dengan pengawasan
dosen RISTI membuat sebuah proyek rekayasa perangkat lunak serta membuat sebuah
laporan proyeknya. Aktifitas RISTI di atas memunculkan suatu masalah terhadap kebutuhan
media informasi untuk mengetahui sebaran tempat serta informasi RISTI.
Teknologi Geographic Information System (GIS) dapat dijadikan sebagai
solusi terhadap media informasi sebaran tempat serta aktifitas RISTI. Manfaat yang
akan didapat dari GIS sebaran tempat RISTI ini banyak diantaranya yaitu pihak kampus
dapat lebih mudah melihat informasi sebaran tempat serta informasi aktifitas penelitian
yang dilakukan mahasiswanya. dan memberikan informasi kajian penelitian apa
saja yang ada di daerah tersebut. Hal tersebut tentu menjadikan portal kampus menjadi
lebih beragam bentuk penyajian informasi yang disampaikan serta menjadi motor
penggerak dalam meningkatkan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
di kota Garut.
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Geographic Information System (GIS) mulai dibutuhkan
dalam berbagai bidang terutama pertanian, karena dengan adanya Geographic
Information System (GIS) kita bisa mempermudah untuk mengira hasil yang
diperoleh dalam produksi pertanian dan dapat pula mempermudah dalam proses
penjualan produk pertanian melewati teknologi.
Daftar
Pustaka
Arif Rahmat,Narulita, Ida, dan Rizka Maria. 2008. “Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk
Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi
di Cekungan Bandung”. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid.18,
Nomer.1, Hal 23-35.
Husen,Subiyanto,Yuwono
2015. “Analisis Produksi Padi Dengan Penginderaan Jauh Dan
Sistem Informasi Geografis Di Kota Pekalongan”
Jurnal Geodesi Undip,Semarang
Komentar
Posting Komentar